
Diawal tahun 1950an,baru sekitar limatahun sejak Indonesia Merdeka, Simbah, sambil nggendhong Pakdhe Joko, yang masih Balita, bersiap memberikan kursus Menulis dan Membaca bagi ratusan Wanita Desa di Tawangsari-Boyolali Jawatengah. Demikian cerita indah Mbah Lali, yang diungkap di rumah Om Lilik Semarang , saat ngobrol dengan kami dan keluarga Borobudur Krapyak, akhir Maret 2010 yang lalu.
Menurut Simbah, ketika itu Kakek Buyut yang menjabat sebagai Lurah Tawangsari, memberinya tugas untuk ikut Memberantas Buta Huruf dikalangan masyarakat yang menghuni Desa dilereng Gunung Tonggo itu.
Yang uniknya, para wanita Desa itu kebanyakan masih takut belajar baca tulis. Bukan karena takut sakit seperti kalau mau disuntik, tapi para wanita Desa itu takut karena sulitnya belajar merangkai huruf- sampai bisa menjadi tulisan yang bisa dibaca.
Jadi, cerita Mbah lali, untuk menghindati agar dibolehkan tidak mengikuti Kursus PBH- Pemberantasan Buta Huruf, para Wanita Desa itu tetap datang ke Balai Desa, tapi dengan cerdik mereka merayu Mbah Lali, agar bisa bergantian membantu nggendhong Pakdhe Joko yang masih Balita itu- saat Mbah lali memberi kursus kepada sejumlah wanita desa lainnya.
Wah, pinter juga ya- akal Ibu-Ibu Desa itu?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar