Sabtu, 21 Agustus 2010

Hakim Cipta Lagu "ADA BATASNYA"

Agustus 2010,hakim dan teman-temannya mulai merekam lagu ciptaanya,disebuah studio sederhana, kawasan Bogor.

"Ada Batasnya" adalah lagu yang sudah diciptakan Hakim tahun 2009, dan mulai dikenal dan dihafal oleh kalangan teman-teman di Bogor. Semoga Tuhan memberkati usaha ini. Amin.

Kamis, 01 Juli 2010

Mbah Lali Sakit di RSUP Boyolali ,2009 -sedang dibedaki Ibuku


Mei 2009 Mbah LALI sakit agak berat, sehingga harus menjalani perawatan khusus di RSUP Boyolali. Semua keluarga, anak Cucu menyempatkan nengok Mbah Lali. Sayangnya Hakim waktu itu belum sempat, karena masih ada tugas di Bogor.

Setelah Mbah Lali sembuh barulah Hakim sempat ketemu lagi di Rumah Om Lilik Semarang. Mudah-mudahan kami mendapat Taufik ijin dari Tuhan untuk membahagiakan Mbah Lali dan Mbah Yayi, Amien.

Mbah Yayi , Ilham dan Ibuku, Jalan-jalan di Jakarta


Mbah Yayi, panggilan Nenekku dari garis Ibu, waktu ke Jakarta menyempatkan jalan-jalan naik Busway Trans Jakarta. Dari mengunjungi Masjid Jemaat Kebayoran, Pasar Kebayoran, Tanah Abang, Lebak Bulus, MONAS dan Grogol Trisakti.

Cuma, kata Mbah Yayi, pulangnya terasa Capek banget. Mudah-mudahan, ntar kalau Hakim Udah sukses bisa ngajak jalan-jalan Mbah Yayi dan Mbah Lali, tapi yang jangan sampai kecapaian! Mohon do’a ya Mbah.

Pakdhe Gatot dan Istri, Yang Masih BerOTOT


Pakdhe Gatot adalah kakak tertua dari Bapakku. Kata Bapak, diantara enam bersaudara, maka Pakdhe Gatot yang paling berOTOT, karena keahliannya dalam hal merakit segala peralatan dari Kayu.

Menurut Mbah Lali, Pakdhe Gatot juga mirip tampilan Mbah Kakung- ayahnya Bapakku, Cuma kalah tinggi badannya. Karena , kalau versi Om Sudaryono, anaknya Mbah Tlatar, konon Mbah Kakung SUDINO merupakan sosok paling Gagah diantara Keluarga Besar Boyolali waktu itu.

Mudah-mudahan Pakdhe Gatot masih ingat wajah Mbah Kakungku, karena Bapakku , katanya malah agak sulit membayangkan wajah Tentara dari Brigade Merapi itu. Kapan-kapan Pakdhe Gatot kita minta cerita kenangannya sama Mbah Kakung dari Garis Bapakku. Smoga Tuhan Kasih karunia kesempatan itu. Amien.

Sabtu, 19 Juni 2010

Hakim dan Fandi di Pasar Sapi Sunggingan, Boyolali, Jateng 1994


Sambil tugas mencari Obyek Dokumentasi untuk pembuatan Video setengah Abad HUT RI, Bapak sempat ngajak melihat beberapa daerah Unik dan bersejarah- di Jateng.

Aku , Mas Fandi dan Khasit juga Ikut. Dan Waktu itu Mbah LALI dalam kondisi cukup sehat segar bugar, sehingga kemanapun kita mau jalan-jalan beliau berkenan mendampingi.

Beberapa daerah bekas Para Gerilya Pejuang Kemerdekaan RI beroperasi, sempat kami kunjungi. Termasuk daerah Kragilan, yang sempat jadi Pusat Markas Pejuang TP- Tentara Pelajar.

Di Prambanan Bikin Video 50 Tahun Indonesia Merdeka


Pada waktu Peringatan HUT RI yang ke 50 , setengah Abad, tahun 1995, Bappakku dapat tugas menyiapkan Film Vedeo berdurasi Pendek dan Panjang, dalam rangka mengisi acara Promosi Indonesia di TV International Eropa. Aku kebetulan boleh ikut. Dan salah satu obyek wisata yang diabadikan adalah Candi Prambanan, dekat Yogyakarta. Tentu saja aku sempat pula bikin dokumentasi foto disekitar Candi Hindu termegah di Indonesia itu.

Senin, 03 Mei 2010

Fandi dan Hakim waktu Kecil ketemu di Cokro


Nah, yang ini foto ku dengan Mas fandi, sama-sama pakai pakaian ngaji. Ketika itu kami baru umur sekitar lima tahunan, sempat bersama mandi di Sungai Cokro, Boyolali- dengan Mbah lali.

Saya sedang berusaha mengumpulkan beberapa fotoku , bersama Mas Fandi dan Khasit, ketika kami kumpul di dekat Mbah Warno- Cokro dulu.

Aku,Ibu dan Bapak di Studio TV


Sejak tahun 1990an, Bapakku ngurus Produksi Acara TV untuk dikirim ke Eropa. Nah , foto itu, ketika aku , Ibu dan Bapak di Studio TV, sedang mempersiapkan Program Quis dan Dialog dengan beberapa Narasumber.

Kadang-kadang aku juga ikut mengisi acara, dengan membawakan syair, atau lagu-lagu wajib Nasional. Sejak usia tiga tahun, aku sudah menghafal beberapa syair berbahasa Indonesia dan URDU, yang berisi tentang dinamika perjalanan hidup Manusia.

Mbah Kakung mau Pulang Kampung


Ini Foto cerita waktu aku kecil, sekitar 4 tahun, awal tahun 1990an, pas Mbah Kakung mau Pulang Kampung- aku dan Ibu ngantar ke stasiun Kereta Api Senen Jakarta.

Sayang , foto itu terlalu kecil ukurannya, jadi waktu aku coba scanner, dibesarkan, tetap gambarnya nggak jelas. Padahal , aku belum berhasil menemukan foto Mbah kakung yang lainnya, yang berwarna, walaupun pernah ada dibuat oleh Bapakku.

Mudah-mudahan kelak bisa kutemukan, foto yang lebih jelas, agar aku masih bisa megenang wajah Mbah kakung – dari Garis Ibuku, di memoriku, karena Mbah Kakung yang dari Garis Bapakku- juga nggak ada fotonya.

Minggu, 25 April 2010

ILHAM dan Kartini-Bogor 2008


Pas klas dua es de, adikku Ilham diwajibkan ikut merayakan hari Kartini di sekolahnya- dandan khas ala dhalang Jawa, di Bogor.

Yang unik , adikku juga ikut lomba memperagakan keserasian cara jalan berpasangan model daerah masing- masing ,sesuai dandanannya. Nah, disinilah agak ribetnya. Soalnya Ilham termasuk anak yang super aktif. Sementara dalam peragaan busana khas daerah itu, kan jalannya harus pelan- dan berirama halus.

Anehnya, beberapa hari kemudian, saat pengumunan dan pembagian hadiah bagi pemenang lomba, eh.., Ilham dapat Nomor satu juga.

Cuma , pas mau di photo, mungkin karena udhah cape, malah marah-marah. Jadi exspresi yang ketangkap kamera banyak yang lucu mimiknya.

Ah, yang penting adhikku tahu rasanya ikut merayakan Hari Besar Nasional Negerinya, untuk menanamkan cinta Tanah Air dari awal.

Sabtu, 24 April 2010

IbuKu, "KARTINIKU"- Kameramen Televisi Sejak Tahun 1990an


Ibuku sering dipanggil dengan “Umi Hakim”. Wanita sederhana kelahiran Sekitar Daerah API ABADI Mrapen itu, hanya lulus SMA. Tapi anak ke empat dari Mbah Ladiyo itu, mau belajar apa saja yang dianggapnya berguna bagi kehidupan keluarga, dan anak turunnya kelak.

Ketika banyak Ibu-Ibu didekat tempat tinggalku, Bogor- masih sibuk Arisan dan ngutang Kreditan , Ibuku justru telah belajar Komputer. Bersama aku, Ibuku sempat menyelesaikan pengetikan dan pengeditan Ulang, Sebuah Buku Biografi Tebal, Karya Penulis Eropa, berjudul Man of God.

Yang juga termasuk prestasi “gaya Kartini”, mungkin, ketika Ibu ternyata sudah menjadi Kameramen Televisi,sejak tahun 1990an, untuk menyiapkan bahan Siaran Kegiatan Ibu-Ibu Indonesia di TV International Eropa.Beberapa buku lainnya-juga telah diketik edit, katanya, sambil mendalami isinya -sekalian nglancarin belajar komputernya.

Kesederhanaan Ibu, juga tercermin dari caranya memasak. Banyak Ibu-Ibu di sekitar tempatku tinggal, ngantri untuk memperoleh jatah GAZ Elpiji Murah dari Pemerintah, tapi jatah Gas Elpiji Ibuku malah diberikan pada tetangga- Gratis! Dan Ibu lebih memilih masak dengan Kayu atau kompor minyak tanah, dan itu berlangsung sampai saat tulisan ini kami buat dan upload ke bloger.

Emang banyak yang ngledhek, ibuku KUNO dan Ketinggalan jaman! Tapi dengan enteng Ibu menjawab, yang penting AMAN!

Jumat, 23 April 2010

Mbah Kakung ku Olahragawan Pesantren Yang Pluralis



Mbah Ladiyo adalah Kakekku dari Garis Ibu. Lulusan Pesantren Tebu Ireng - kelahiran Karanghardjo 1927 itu, adalah Pengasuh beberapa Klub Sepakbola TARKAM di Wilayah Pantai Utara Jawatengah.

Didaerah Kakekku tinggal, pernah muncul Pemain Nasional TUGIYO ,yang sempat menghantarkan PSIS Semarang menjuarai Liga Nasional, dengan Goal Tunggal dari kaki Pemain Pendhek Ujung Tombak Team Mahesa Jenar itu.

Mbah Kakung juga sempat menjadi coordinator Pembangunan Masjid Desa, dan sekaligus Penengah asimilasi Para penganut Kristiani di Wilayahnya.

Untuk masalah perjodohan anak-anaknya, Mbah Kakung juga memberi sepenuhnya kebebasan atas pilihanya masing- masing. Boleh berjodoh dengan sesama Agama, ataupun beda keyakinan. Dan dari umur yang sebaya, maupun dari usia yang jauh bedanya. Kakekku, tak pernah mempersoalkan itu. Yang penting , anak- anaknya bisa menjalani dengan damai dan bahagia.

Team Sukses Para Calon Lurah
Yang juga menarik, Mbah Kakung juga sering diminta menjadi Gapit, sponsor beberapa Calon Lurah diberbagai Wilayah, atau istilah kerennya –ya jadi Team Sukses Para Calon LURAH itu.

Biasanya, atau sebagian besar Para calon Lurah yang disponsori Mbah Kakung, Sukses meraih Kursi Kepala Desa.

Sabtu, 17 April 2010

Ikut Kegiatan Dan Mengenal Teman-2 Bapakku di Komunitas Guru Bangsa - Jakarta


Aku memang menikmati saat-saat jalan dengan Bapakku. Sayangnya, kesempatan itu tak begitu banyak. Maklum, bahkan sejak lahir , aku tak ditunggui Bapakku- ya karena banyaknya aktivitas di pekerjaan – maupun kegiatan di Komunitas Nasionalnya.

Foto diatas adalah diantara teman-teman Bapakku, yang beberapa diantaranya sempat kujumpai, ketika aku ikut kegiatan di acara routin Komunitas Guru Bangsa Jakarta.
Foto Tengah yang pakai topi biru itu, adalah Bapakku –saat sedang mengatur Kampanye Pemenangan Pemilu 2009 dengan Ir Qoyum- salah satu Tim Sukses SBY.

Mengasyikkan berada diantara tokoh-tokoh Komunitas Guru Bangsa. Ada rofesor Atho Mudzar- yang Ketua Litbang DEPAG,ada Profesor Jalaludin Rahmat- yang Pakar Syiah, ada Pendeta Chevrolet dari Koordinator Gereja Methodis Jakarta ,ada Gusdur Presiden RI ke:4 dan Gus Miftah-Ketua KPU 1999, ada Ketua Badan Intelejen Mabes POLRI , Jen Pol Saleh Saaf, Ada Pendeta Natan Setyabudi- yang Ketua Persatuan Gereja Indonesia, ada Bintang Kantata Takwa- Setyawan Jodi,ada Eros Djarot- Sang Sutradara Film Nasional,ada Jendral Agum Gumelar - yang Ketua PEPABRI, bahkan juga ada pengatur Program Jumlah Manusia/ Kependudukan Indonesia – Dr. Sugiri Syarif -yang menjabat Ketua BKKBN, dan masih banyak yang lain.

Sayangnya, aku belum sempat jumpa dengan WS Rendra, sang Penyair Legendaris Indonesia , yang juga gabung di Komunitas tempat Bapakku beraktivitas, karena keburu beliau Wafat, ketika aku baru selesai SLTA , dan mulai agak bisa ngatur waktu.

Tapi tak mengapa, secara bertahap, aku yakin bisa makin memperluas pergaulan Komunitas ku, bersama Bapak , maupun dengan Komunitas yang terbangun otomatis di lingkaran pergaulanku sendiri. Semoga Tuhan berkenan membimbingku, untuk mengambil yang Positip , dan yang Terbaik -dari dampak pertemanan dan dan pergaulan diberbagai Komunitas itu. Amien.

Jumat, 16 April 2010

Kakek Buyutku Lurah, Pakdhekuku Guru Besar, Bapakku Bersahabat dgn Orang - Orang Besar, Bolehkah kami -para Anak Cucunya Mengabdi Untuk Bangsa ..??


Kekek Buyutku, konon Pernah Menjabat Lurah di Desa Timurlaut Boyolali. Sepupu Bapakku juga Pernah menjabat Lurah di Desa kawasan Utara Kota Susu Itu. Saat ini Pakdheku , konon Masih menjabat "Guru Besar" & Dosen Senior Bahasa Inggeris di Perguruan Tinggi terkenal di Jawatengah, bahkan pernah mengajar Bahasa Inggeris para Pengungsi Vietnam yang ditampung di PULAU Galang-Dekat Batam Riau, sebelum di berangkatkan ke Amerika , Australia dll di tahun 1980an.

Anak Cucu Mbah Lali kini banyak yang mulai memimpin Komunitas dilingkungannya masing-masing. Baik di Bidang , Pendidikan, Sosial, Politik dan juga Ekonomi. Memang Masih terbatas sih. Tapi, kata Bapak, Om Sudaryono BA, yang lulusan Universitas Bungkarno Solo itu, juga menjabat Kepala SOSPOL Kabupaten Boyolali. Sementara Om Tedjo, juga menjabat Pemimpin Redaksi di Koran Daerah- dan juga berhak memangku Gelar dari Kasultanan Surakarta.

Yang agak unik, Kakekku dari garis IBU, juga biasa menjadi GAPIT- atau Sponsor Sejumlah Lurah diberbagai daerah kawasan Pantai Utara Jawatengah. Modal Utamanya, malah sebagai Pelatih dan Pemilik Klub Sepakbola TARKAM.

Maksut saya, kalau ngliat fakta itu, kayaknya boleh deh, kalau anak cucu Mbah Lali punya keinginan meraih Cita-Cita dan Prestasi yang lebih tinggi lagi. Bukan untuk Pamer....., tapi benar-benar untuk mengkhidmati Keluarga, Bangsa dan Negara.
Semoga TUHAN meridhoi. Amien

Damai Itu Indah, Rukun Itu Berkah - By: DIK Hakim


Jika aku boleh meminta....
Tuhan, berikan kami kedamaian diantara semua keluarga besarku...
dan sesama UmatMU...
dari latar belakang apapun strata sosialnya...., apapun agamanya..., apapun keyakinannya..., dan apapun kondisi ekonominya....

Jika aku boleh bertanya, TUHAN ...Apakah Engkau Berkenan Mengabulkan Pintaku ini..???
Aku memaksamu TUHAN...!!! Harus bisa ENGKAU berikan kedamaian kepada segenap penghuni BUMI-MU ini...
atau ENGKAU berkehendak menggantinya dengan kaum lain yang lebih BIJAK dan sanggup berdamai dengan sesama manusia, bahkan sesama mahlukMU..???

Bukankah ENGKAU pernah BerFIRMAN, barangsiapa Tidak Bisa Berdamai dengan sesama Manusia, sesungguhnya mereka tidak akan pernah bisa berdamai Dengan TUHAN....???


Jadi, aku memaksaMU..., Beri Kedamaian dalam kehidupan Keluarga Besarku..., agar kami bisa mengabdi Lebih Baik Lagi bagi Keluarga, Agama, Nusa dan Bangsa. Amien.

Kamis, 15 April 2010

Ilham dan Mbah Lali di Teras Wisma Borobudur


Kalau kondisi kesehaan Mbah lali agak membaik, biasanya ngajak anak cucu ngobrol sambil menikmati pemandangan alam di teras depan rumah Om Lilik, kawasan Borobudur-Krapyak.
Kebetulan rumah Om Lilik posisinya agak berada di ketinggian, walaupun tak setinggi rumah Pakdhe Gatot yang di Puspanjolo Selatan- samping Mbapi.
Dirumah Om Lilik, biasanya Mbah bahkan bisa jalan-jalan ke beberapa tetangga, malah kadang ngikuti Pengajian di kelompok Majlis Taklim Er Te, yang selalu diantar Om Lilik.
Semoga Simbah selalu sehat, dan Tuhan memberi Karunia untuk menikmati saat-saat Kesuksesan Anak Cucu yang makin Baik , makin banyak dan makin pada rukun-rukun!.Amien

Nabil Thok Yang “Menos-Menos” !


Ini cerita saat Ilham, adikku, waktu ketemu Mbah Lali pertama kalinya di rumah Om Lilik Semarang- Februari 2009 yang lalu.
Ketika itu Simbah memang sedang sakit. Tapi karena di Semarang banyak anak,cucu bahkan Buyut yang sering nengok, jadi Simbah cukup terhibur, dan terbantu kesehatanya.
Nah, salah satu Buyut yang waktu itu nongol di rumah Om Lilik, yang pakai kaos merah difoto atas itu, namanya NABIL. Waktu itu Nabil belum bisa jalan, dan belum bisa ngomong. Jadi waktu ditanya Ilham , Namanya Siapa? , yang njawab Ibunya- istrinya Mas LIZA- anak Pakdhe Gatot.
Katanya, namanya Nabil. Nah lham nanya lagi, Nabil Siapa- panjangnya? Si Bastian nyeletuk menjawab seenaknya, “ya Nabil Thok”! Oh…, jadi namanya Nabil Thok?!, ujar Ilham minta penjelasan. Nah, saat itu istrinya Mas LIZA langsung nyaut, “ Nggak pakai Thok!”, ya Nabil saja gitu, lanjutnya.
Ah, apalah arti sebuah nama…., yang penting Nabil menggemaskan, lucu, dan Menos-Menos, jadi cukup menghibur Mbah Lali.

Mbah Lali Pemberantas Buta Huruf- diAwal Kemerdekaan RI


Diawal tahun 1950an,baru sekitar limatahun sejak Indonesia Merdeka, Simbah, sambil nggendhong Pakdhe Joko, yang masih Balita, bersiap memberikan kursus Menulis dan Membaca bagi ratusan Wanita Desa di Tawangsari-Boyolali Jawatengah. Demikian cerita indah Mbah Lali, yang diungkap di rumah Om Lilik Semarang , saat ngobrol dengan kami dan keluarga Borobudur Krapyak, akhir Maret 2010 yang lalu.
Menurut Simbah, ketika itu Kakek Buyut yang menjabat sebagai Lurah Tawangsari, memberinya tugas untuk ikut Memberantas Buta Huruf dikalangan masyarakat yang menghuni Desa dilereng Gunung Tonggo itu.
Yang uniknya, para wanita Desa itu kebanyakan masih takut belajar baca tulis. Bukan karena takut sakit seperti kalau mau disuntik, tapi para wanita Desa itu takut karena sulitnya belajar merangkai huruf- sampai bisa menjadi tulisan yang bisa dibaca.
Jadi, cerita Mbah lali, untuk menghindati agar dibolehkan tidak mengikuti Kursus PBH- Pemberantasan Buta Huruf, para Wanita Desa itu tetap datang ke Balai Desa, tapi dengan cerdik mereka merayu Mbah Lali, agar bisa bergantian membantu nggendhong Pakdhe Joko yang masih Balita itu- saat Mbah lali memberi kursus kepada sejumlah wanita desa lainnya.
Wah, pinter juga ya- akal Ibu-Ibu Desa itu?!

Jumat, 09 April 2010

Om Lilik Yang Sederhana dan Energik


Saat malam aku tiba di depan Pom Bensin Krapyak,Semarang, Om Lilik yang menjemputku bersama Bapak - wajahnya belum jelas terekam dalam ingatanku. Baru siangnya, setelah aku bangun tidur dan mencoba ngobrol dengan Mbah Lali dan Keluarga Borobudur, wajah Om Lilik mulai aku bisa jelas mengenal
Yang menarik, ketika aku shalat Subuh di kamar Om Lilik, aku melihat ada beberapa Foto dan Patung Tuhan Yesus. Belakangan aku baru tahu dari Ibu dan Bapak, Bahwa Om Lilik adalah Penganut Agama Katolik, satu satunya dari enam Anak Mbah Lali.
Bagiku, keberadaan Om Lilik sebagai Penganut Katolik tak pernah menjadi masalah. Karena di Jakarta dan sekitarnya, aku sering diajak Bapak mengikuti Pertemuan Lintas Agama, bertemu dengan beberapa Tokoh Nasional yang berbeda-beda keyakinan Agamanya.
Bahkan Bapak sangat Akrab dengan Almarhum Gus Dur- mantan Preaiden RI ke 4 yang Pluralis itu, tapi juga dekat dengan Pendeta Natan Setyabudi Ketua PGI, serta Suhu Beni yang Tokoh Kong Hu Cu itu.
Banyak acara , yang Bapak bertindak sebagai Protokol dan Floor Director, dengan melibatkan tokoh-tokoh Agama itu.
Jadi,kalau balik ke Om Lilik yang Katolik, bagiku itu adalah Hak Beliau untuk meyakini ,bagaimana Ia membangun Hubungan dengan Tuhanya - dalam Agama yang di yakininya, dan tak seorangpun berhak melarangnya.
Om Lilik Rumahnya sederhana, motornya sederhana, cara bicaranya sederhana, tapi ia nampak tetap energik ketika belajar internet dengan Bapakku, yang pas tugas di Semarang dengan Tim On Linenya.
Semoga Tuhan beserta kita selalu ya Om Lilik!

Kamis, 08 April 2010

Roky – Riyan, Temanku Yang Sedang Mencari Jati Diri


Aku punya dua sahabat- satu sekolah, yang keduanya sama-sama udah Gak punya Ibu. Istilahnya mungkin sama sama Piatu. Bedanya , Roky sudah biasa belajar kerja mandiri berwiraswasta, sementara Riyan masih sering bingung menentukan arah hidupnya.
Apapun kondisinya, aku selalu menyempatkan kumpul, jika pas libur, dengan mereka. Kalau kumpul dengan Riyan- aku bersama main Musik, karena dia agak lancar main Dram dan Tam-Tam, sementara aku seneng Nggitar dan Vokal.
Jika kumpul dengan Roky, aku lebih banyak bicara Bisnis, kebetulan Roky punya usaha- jual beli HP dan pulsa. Enaknya, memang aku selalu memerlukan upgrade HP untuk urusan kerjaku , yang membutuhkan kapasitas memory besar.
Aku berharap makin banyak sahabat yang bisa bersama meraih kemajuan masa depan. Semoga Tuhan memberkati keinginanku. Amien.

Mudik ke Jawatengah, sering Naik SELAMET


Di Terminal Lebak Bulus Jakarta Selatan, aku Ibu dan Ilham bersiap naik Bis Selamet saat mau Pulang Jawa -ke Purwodadi, nengok Mbah Yayi, Bude Nik dan keluarga besar Godhong.
Kenapa memilih naik Bis SELAMET? Kata Ibu lebih murah disbanding naik Bis Jurusan Jakarta Solo, sementara fasilitasnya juga sama.

Nenek Mini Salah Satu Pahlawanku


Nenek Mini, foto baris atas paling kiri, dan aku (kedua dari kiri), saat bergambar bersama di Tomang BK Jakarta, 2002. Nenek Mini adalah orang Tua yang menolong Ibuku saat aku mau Lahir di Bidan Wayan, Tomang- Jakarta Barat tahun 1991 dulu. Karena ketika itu, konon Bapakku sedang tugas keliling jawa mendampingi Tamu dari Punjab-India,jadi nggak bisa nunggui Ibu saat melahirkanku.
Berkat Bantuan Nenek Mini itulah, aku dan Ibuku mendapat banyak kemudahan dan kunjungan dari para tetangga di sekitar Tomang BK.
Sayangnya, waktu Nenek Mini Wafat, aku tak sempat dikabari oleh sanak familinya. Karena Aku sudah tingal di Bogor, sementara Nenek Mini masih setia di Tomang –Jakarta Barat sampai akhir hayatnya. Semoga Tuhan membalas Budi BaikMU wahai Nenek Mini. Amien.

Tomy dan Gendang-Tifa KPJ


Tomy, demikian panggilan akrab teman baruku. Profesinya Pengamen di kawasan terminal Baranangsiang Bogor. Tubuhnya yang kecil atletis, menyimpan banyak kemampuan memainkan berbagai alat musik.
Tapi yang paling piawai, serta terkesan professional- adalah jika Tomy mulai memainkan tifa, gendang atau ketipung. Segala jenis aliran musik dengan lancar diiringinya,dan menghasilkan Harmony luar biasa-jika Tomy telah larut dalam pukulan gendang-tifanya.
Tomy, semoga kau peroleh keberuntungan dimasa depan. Amien.

Gabung dengan Komunitas Penyanyi Jalanan (KPJ) di HUT Bogor


Dalam rangka memperingati HUT Bogor-awal 2009 yang lalu,, aku bergabung dengan Komunitas Penyanyi Jalanan(KPJ) Jabodetabek, dan membuat acara pentas Seni.
Bewok, seniman jalanan berambut Gimbal- menjadi salah satu Icon acara, yang berlangsung di SituGede tak jauh dari Kampus IPB Bogor.
Selama tiga hari aku banyak berkenalan dengan para aktivis KPJ , yang ternyata memiliki pengalaman unik dan menarik- dalam aspek kehidupan dunia keseharian mereka. Ada yang biasa mengamen di Terminal, dijalanan Bogor, di angkutan Umum , di Pasar dan sebagainya.
Yang uniknya, mereka ada Pengurusnya, dan selalu punya Hubungan Baik dengan Walikota Bogor. Sehingga jika ada masalah yang terkait dengan KPJ dan Aparat maupun masyarakat, mereka punya Pengayom yang bias menengahi- ya Pak Walikota Bogor Dany.B tadi.
Saat Pentas di pinggiran Situ -area Wisata, hujan turun- dan listrk PLN mati, namun Pak Walikota tetap Hadir memberi support, sambil menikmati Teater” Kantong Permen”nya KPJ. Wah, asyik juga suasananya.

Rabu, 07 April 2010

Adikku, Ilham Belajar Komputer




Ini cerita tentang adikku, namanya Ilham Syafaat titah Gusti. Dari Klas satu es de, sejak mulai mengenal huruf dan angka, serta mulai bisa merangkai kata dan kalimat dalam bentuk tulisan, Ilham sudah mulai ngebet pengin belajar komputer.
Kebetulan Bapak memang sering lembur kerja dirumah, menggunakan komputer. Jadi, aku dan Ilham sudah bisa belajar menggunakan komputer sejak usia es de, ketika banyak teman-teman bahkan Guru sekolahku belum pernah mengenal keyboard, mouse dan sebagainya. Maklum, sekolahku memang di lingkungan Desa
Waktu aku mulai belajar komputer, sekitar tujuh tahun yang lalu, Bapak mengarahkan agar aku mulai belajar mengetik ulang Juz Amma, versi bahasa arab - dan terjemahan Indonesianya. Setelah agak lancar, Bapak langsung memberiku pe er, untuk mengetik ulang sebuah Buku berjudul Man of God- yang cukup tebal, hasil tulisan Iain Adamson dari Inggeris.
Rupanya, maksut Bapak, sekalian belajar nglancarin ngetik, sekaligus belajar doa, dari juz Amma, dan mengenali cara menulis Sejarah, Biografi maupun Nilai-Nilai Kemanusiaan serta Kebenaran - dalam buku Man of God.
Nah , kalau untuk Ilham, karena masih seneng belajar nyanyi dan nggambar, Bapak nyuruh belajar komputernya dari nulis ulang lagu-lagu wajib, dan mindahin fotonya ke dalam teks hasil belajar komputernya Ilham.
Inilah salah satu lagu wajib yang berhasil diketik ulang Ilham , Judulnya : Mengheningkan Cipta

Dengar seluruh angkasa raya memuja pahlawan Negara

Nan gugur remaja diribaan bendera merah nusa bangsa

Kau kukenang wahai bunga putra bangsa

Harga jasa kau cahya pelita

Bagi Indonesia merdeka

Banyak cerita indah tentang Ilham, tapi nanti saya susun lagi dulu.

Selasa, 06 April 2010

Ketemu Jendral Agum Di Dialog Kebangsaan


Ini kali yang kedua, aku ikut Dialog Kebangsaan di Manggala Wanabakti-MWB, Samping Gedung DPR Senayan Jakarta. Acara yang diselenggarakan oleh front Persatuan Nasional (FPN), organisasi aliansi sekitar 48 Partai Politik Indonesia, yang secara routin menggelar Dialog dengan sejumlah Tokoh Nasional.
Aku biasanya bertugas merekam jalannya acara dengan Kamera Video maupun Foto. sementara Ayahku, bertugas sebagai Floor Director merangkap Pembawa Acara.
Ada tiga Jendral yang ikut menjadi Pembicara di acara itu. satu dari POLRI, satu dari MARINIR dan Satu lagi Ketua Pepabri - Letjen Purn Agum Gumelar.
Dari Kalangan Sipil ada Ketua DPP Partai Demokrat Dr.A.Abubakar, dan Ketua KPU 1999 Dr.KH.A Miftach, yang juga sebagai Ketua Penyelenggaara.
Masih banyak tokoh Politik, Mahasiswa, Ormas dan sebagainya yang memadati aula Sonokeling, di MWB itu.
Aku juga deidampingi Pak Daeng Pantunru', sahabatnya Bapakku dari Ujungpandang, yang selalu ikut mengorganisir teman-teman pergerakan ikut dalam berbagai acara Dialog Nasional.
Senang rasanya , dalam usiaku yang belum lama tamat SLTA bisa berbaur dengan kalangan para aktivis Nasional.
Tapi yang tidak kalah menyenangkan,disamping dapat tambah banyak ilmu dan pergaulan, tentu juga suasana yang akrab dan berada di ruang yang nyaman ber AC, apalagi makanannya juga enak-enak dan cukup berlimpah
Yaah, itung-itung Kuliah GRATIS sambil nambah wawasan dan sahabat.

Sowan Mbah Lali Setelah 15 tahun Tak Jumpa


Seminggu yang lalu, akhir Maret 2010, aku ke Semarang. Ini kunjungan istimewaku, ke Jawatengah, karena aku akan bertemu Nenekku- Ibunya Bapakku, setelah sekitar limabelas tahun tidak sowan , sejak pertemuan pertamaku dengan beliau-di Cokro Boyolali dulu.
Aku Naik Bis Selamet, bersama Ibu dan Ilham-adikku, berangkat dari Lebakbulus Jakarta sekitar jam 18.00, menjelang maghrib.
Sebelum Bis meninggalkan Terminal,dikawasan Jakarta selatan itu, dan juga sepanjang perjalanan, kami selalu kontak hp dengan Bapak- yang sudah duluan di Semarang, dalam tugas dengan team Online nya.
Hampir Subuh, sekitar jam setengah empat pagi, Bis yang kami tumpangi telah tiba di depan Pom Bensin Krapyak, Semarang. Om Lilik, Bapak dan Bastian - sudah menunggu dengan dua motor, yang kemudian membawa kami ke rumah Borobudur, sepuluh menit dari Pom Bensin Krapyak tadi.
Setelah salam sungkem dengan Mbah Lali - ini panggilan akrab dari para cucu beliau, maksutnya Simbah yang dari Boyolali, dan juga Bulik Yanti serta Dik Esa, kemudian Sembahyang Subuh, saya istirahat beberapa jam. Ngantuk sih.
Siangnya , setelah mandi, saya sempatkan ngobrol dengan Mbah Lali. Yang tak kalah seru tentu , saya berfoto bersama Mbah Lali dan keluarga Om Lilik.
Waktu ngobrol sama Mbah lali, beliau bilang sudah lama rindu pengin ketemu aku. aku bilang sama, aku juga rindu, tapi karena sikon belum pas, ya mungkin saat itulah baru bisa ketemu.
Beliau pengin aku nginap di Semarang supaya bisa ngobrol lebih panjang. Tapi aku cuma dapat ijin dari kerjaanku dua hari libur, jadi ya- sorenya harus kembali ke Jakarta.
InsyaAllah Mbah, nanti kalau sudah banyak rejeki dan karunia , pasti Hakim akan sering sowan Simbah!
Setelah seharian bersama simbah, dan keluarga Om Lilik di Borobudur -Krapyak Semarang, saya kembali ke Jakarta. malam itu aku di antar Bapak dan Om Lilik serta Bastian ke Pool Bis Nusantara. di Kalibanteng.
Hujan yang terus mengguyur Semarang, malam itu belum juga usai. Om Lilik mengantar aku beli Wingko Babat di Pool Bis Coyo, buat oleh-oleh teman kerja, setelah itu Mas Lilik pulang duluan untuk urusan dengan teman kerjanya.
Sementara aku dan Bapak masih menunggu Bis Nusantara yang jurusan Semarang-Bogor datang ke pool.
Mendekati jam sembilan malam, akhirnya Bis datang dan masih suasana gerimis- aku kembali ke Jakarta. Kalau kemarin Naik Bis Selamet cuma bayar 80 ribu rupiah-satu orang, saat naik Bis Nusantara kami harus beli tiket seharga 130 ribu rupiah-per orang. Tapi, memang lebih nyaman sih.